JAKARTA – Anggota Komisi IX DPR, Rahmad Handoyo, mengaku prihatin atas fenomena banyaknya mahasiswa Indonesia lebih memilih menjadi warga negara lain.
“Mereka pindah menjadi warga negara Singapura, dengan alasan penghasilan tinggi,” katanya, Kamis (13/7/2023).
Untuk itu, ia meminta pemerintah perlu memperbaiki sistem ketenagakerjaan di Indonesia untuk mencegah generasi muda agar tidak tergiur menjadi warga negara lain.
Ia menilai fenomena banyaknya mahasiswa yang pindah menjadi warga negara lain sangat ditanggapi secara serius. “Ini jadi pekerjaan rumah besar, bagaimana caranya pemerintah menciptakan lapangan kerja yang sehat, termasuk dalam hal pengupahannya,” tandasnya.
Catatan Ditjen Imigrasi menyebutkan warga negara Indonesia (WNI) yang memilih pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura pada 2022 lalu mencapai 1.091 orang. Setahun sebelumnya hanya 1.070 orang.
Tak hanya itu, mahasiswa yang pindah menjadi warga lain merupakan usia produktif antara 25-35 tahun. Seperti, mahasiswa yang telah selesai menempuh pendidikan Sarjana (S1), Magister (S2) ataupun Doktor (S3).
“Jadi perlu ada solusi dari fenomena yang terjadi ini,” tegasnya.
Rahmad mengungkap negara harus memiliki terobosan agar para generasi muda berprestasi tetap tertarik berkarir di tanah air. Salah satunya meningkatkan upah minimum di Indonesia.
“Ini jadi PR kita bersama untuk bisa menciptakan pasar ketenagakerjaan yang lebih menarik untuk generasi muda sehingga sumber daya manusia (SDM) yang unggul tidak habis diambil negara lain, yang akan berdampak pada kemajuan ekonomi dalam negeri,” katanya.
Apalagi anak muda sekarang cukup kritis dalam menata masa depan. Mereka memikirkan baik dan buruk sisi penghasilan dan kesejahteraan
“Itu menjadi pemicu mereka memilih mencari upah yang terbaik bagi masa depan mereka walau harus pindah warga negara,” paparnya. (be-021)
Discussion about this post