BOGOR – Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Rena Da Frina mengungkapkan dua alasan kuat Pemerintah Kota Bogor, kekeuh membongkar dan membangun ulang Jembatan Otista yang menyisakan persoalan kemacetan di sejumlah simpul jalan di Kota Bogor.
Kerap menjadi buah bibir netizen di sejumlah laman media sosial, Pemkot Bogor tetap akan melaksanakan pembangunan yang dijadwalkan selesai pada 8 Desember 2023 mendatang. Itu artinya, selama delapan bulan ke depan, warga Kota Bogor dan sekitarnya mau tak mau merasakan imbasnya.
“Alasan yang pertama, salah satu titik kemacetan di Jalan Otista akibat penyempitan jalur. Dari empat lajur menjadi dua, maka harus ditambah dua lajur lagi plus pembangunan jalur trem. Dari luas bentangan 15 meter diubah menjadi 22 meter. Sementara panjang jembatan yang semula 34 meter, akan diubah menjadi 50 meter,” kata Rena, Jumat (5/05/2023).
Alasan kedua, jelas Rena, Kota Bogor telah merencanakan pembangunan dalam RPJMD dan RPJMP terkait transportasi masa depan. “Kita tidak mungkin terus menerus mempertahankan angkutan konvensional yang ada saat ini. Maka Jembatan Otista kedepan ini akan mengakomodir kehadiran dari Trem sebagai moda transportasi terbarukan di Kota Bogor,” jelasnya.
Rena menegaskan, kedua alasan tersebut menjadi dasar Pemkot Bogor membongkar dan membangun ulang Jembatan Otista dengan segala konsekwensinya. “Kami lihat dalam seminggu kedepan, bagaimana adaptasinya masyarakat. Tentunya rekayasa lalulintas yang dilakukan jajaran Dinas Perhubungan dan Satlantas Polresta Bogor Kota akan dievaluasi dan menyesuaikan,” kata Rena.
Belakangan, laman komentar akun Instagram Walikota Bogor Bima Arya dipenuhi keluhan dan kritik pedas warga Bogor. Warga meminta, Pemkot Bogor dan jajaran Satlantas Polresta Bogor Kota untuk menghilangkan sementara Sistem Satu Arah (SSA) di seputaran Kebun Raya Bogor. Warga juga meminta pemberlakuan sistem dua arah di Jalan Jalak Harupat (Sempur) ke arah Balaikota hingga Jalan Djuanda.
“Kalau pemkot kekeuh dengan kebijakan yang menyengsarakan masyarakat, jangan salahkan masyarakat kalau penilaian kami terhadap kepemimpinan Bima Arya dan Dedie A Rachim di ujung masa jabatan sangat mengecewakan. Ini bukan soal baper-baperan. Ini soal keberlangsungan hajat hidup warga Bogor. Silahkan Jembatan Otista dibongkar, tapi rekayasa lalulintas menyesuaikan dong sama kebutuhan masyarakat. Jangan kaitkan dengan baper, ngaco,” tegas Bachtiar, warga Cipaku.
Sebelumnya, dikutip dari radarbogor.id, Dimulainya rekayasa lalu lintas imbas dari revitalisasi Jembatan Otista, memunculkan berbagai komentar dari masyarakat. Wali Kota Bogor, Bima Arya memandang hal itu sebagai ujian bagi jajarannya. Ia mengatakan, kebijakan yang diterapkan sudah melalui perhitungan dan pertimbangan matang.
Bima meminta Forkopimda dan jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk tidak membawa perasaan (baper) menanggapi keluhan dan protes yang terus dilontarkan kepada mereka. “Hari ini Kota Bogor tengah diuji kesabarannya. Komentar-komentar yang disampaikan pun luar biasa. Mulai dari yang santun, tajam, bahkan keras. Kami sepakat untuk tidak baper. Karena kalau baper kebijakannya tidak jalan,” ucap Bima Arya pada momen halal bihalal di Balai Kota, Rabu (3/5/2023).
Sebaliknya, ia meminta para ASN berusaha maksimal dengan kekuatan rasionalitas dan logika. Bima juga menyarankan kepada jajarannya untuk tidak malu atau gengsi untuk minta maaf apabila melakukan kesalahan.
Dirinya berharap, dapat terus bekerja sama di sisa waktu masa jabatannya dengan hati yang bersih dan penuh kebahagiaan. “Saya berterima kasih atas kerja yang diberikan dan pencapaian Kota Bogor menjadi terbaik keempat penyelenggaraan pemerintahan daerah,” tutup Bima. (be-007)
Discussion about this post