BOGOR – Wakil Walikota Bogor, Dedie A Rachim menyadari betul jika proyek revitalisasi Jembatan Otista menyebabkan segudang masalah bagi warga Bogor.
Ia pun meminta PT Mina Fajar Abadi dan instansi terkait melakukan upaya percepatan, agar proyek tersebut dapat segera selesai.
“Kami berharap lebih cepat dari target, karena masyarakat membutuhkan. Untuk mempercepat proses penyelesaian ini, kami juga minta kepada semua pihak komitmen terhadap progres dan juga target capaian yang sudah disepakati bersama,” kata Dedie, kepada awak media, kemarin.
Menurutnya, pembangunan Jembatan Otista itu diharapkan bisa lebih cepat selesai. Apalagi rencana pembongkaran secara total batal dilakukan.
“Masyarakat banyak berkorban, ada yang terdampak, ada yang kehilangan mata pencaharian, berkurang penghasilan hariannya, kemudian lainnya. Salah satu cara untuk menimalisir itu adalah mempercepat pembangunan Jembatan Otista,” tandas Dedie.
Ia juga menyinggung saat ada ramai diduga cagar budaya atau tidak. Menurutnya, itu dinamika. Bisa saja, kata Dedie, informasinya setengah-setengah.
“Kelihatan betonnya secara visual masih kokoh atau ‘weweg’. Pas selintas dilihat okeh nih, masih kuat. Tetapi dalam kenyataannya di dalamnya besi struktur sudah sangat keropos,” jelas Dedie.
“Kalau tidak sekarang, mungkin suatu saat bisa dibetulkan. Tetapi mengandung resiko, mumpung Pemprov Jawa Barat juga peduli dan mau bisa mengelontorkan anggaran. Ya kami tangkap itu.”
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Kota Bogor, Rena Da Frina menegaskan, saat ini terus berkonsultasi dengan konsultan MK untuk membuat rencana anggaran biaya.
Hal itu dilakukan terkait penyesuaian apakah akan melakukan pembongkaran sesuai skenario awal, atau menyesuaikan dengan Heritage yang ada dengan tidak membongkar pada sisi bangunan tahun 1920.
“Untuk itu, Dinas PUPR tidak menggunakan adendum untuk kelebihan bayar tapi memakai sistem Contract Change Order (CCO). CCO dalam dunia konstruksi, artinya melihat lebih kurang pembangunan untuk diperhitungkan sehingga bisa mendapatkan hasil maksimal untuk masyarakat,” kata Rena, Rabu (24/05/2023).
Pembangunan saat ini sudah masuk ke minggu kelima. “Saat ini deviasi masih positif. Proses pekerjaan 3,5 persen,” kata Rena.
Rena menjelaskan, saat ini, progres yang sudah dikerjakan yakni terkait pembongkaran. Semua plat jembatan sudah terangkut dan terbongkar semua.
Namun, selama progres terus berjalan, saat ini, ada beberapa pekerjaan rumah yang terus dilakukan. Salah satunya, soal relokasi pipa PDAM.
“Relokasi tinggal pipa PDAM saja yang masih progress. Untuk PLN, optik-optik lainnya sudah beres. Kegiatan bekisting sedang berjalan, pembesian untuk membuat bor pile juga sedang berjalan. Pemangkasan dan penebangan pohon masih berjalan,” jelasnya.
Diketahui sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya mempertimbangkan agar bangunan jembatan Otista di tahun 1920 tidak dibongkar karena mempunyai bentuk arsitektur yang khas di zaman Belanda.
“Pemerintah kota Bogor berupaya untuk mempertahankan bentuk asli lengkung pada bangunan jembatan Otista untuk dapat menjadi warisan generasi mendatang sebagai infrastruktur peninggalan zaman kolonial Belanda sehingga akan ada tempat untuk mengunjungi atau berfoto di kawasan tersebut,” katanya.
Pembangunan Jembatan Otista rupanya berjalan tanpa ada kajian terlebih dahulu dari dinas terkait, sehingga terkesan dipaksakan.
Hal itu dibuktikan dari awal pembangunan terus menjadi sorotan karena banyak menuai masalah.
Mulai dari permasalahan soal PT pemenang lelang, benda cagar budaya, hingga kemacetan yang harusnya bisa diantisipasi sebelumnya pekerjaan jembatan dimulai. (be-007-031)
Discussion about this post