BOGOR – Pemerintah Kota Bogor merespon keresahan yang masih menyelimuti sejumlah pelaku usaha paska kegiatan revitalisasi total Jembatan Otista.
Kepala Dinas Koperasi UKM, Perdagangan dan Industri Kota Bogor, Atep Budiman mengakui adanya efek atas program revitalisasi Jembatan Otista.
“Sebetulnya bukan hanya berimbas ke pelaku usaha jalan Otista saja, walaupun memang yang terkena efek paling besar adalah para pelaku usaha di Jalan Otista,” kata Atep, Kamis (18/05/2023).
Menurut Atep, para pelaku usaha sepanjang Jalan Otista juga masih bisa buka operasional usahanya, walaupun memang omzet menurun.
“Untuk kompensasi atau insentif langsung bagi pelaku usaha yang dimaksud, di anggaran kami tahun 2023 ini tidak ada,” ungkap mantan Kadispora Kota Bogor itu.
Namun, jelas Atep, sebagai bentuk supporting, pihaknya mengupayakan relokasi. Untuk pelaku usaha sejenis pedagang bunga, diberikan opsi relokasi ke zona pedagang binaan.
“Untuk pelaku usaha lainnya, kami komunikasikan dengan PUPR dan pelaksana proyek. Agar ada kebijakan lapangan terkait beberapa aktivitas usaha yang memerlukan akses di waktu tertentu untuk bongkar muat stock barang usaha mereka,” paparnya.
Atep juga mengatakan, untuk pelaku usaha jenis makanan yang relevan dan memungkinkan, didorong agar berkolaborasi dengan para pekerja proyek.
“Dari sejak awal sebelum kegiatan proyek dimulai pun, sebetulnya kami bersama aparat wilayah kelurahan, kecamatan setempat sudah buka komunikasi dengan warga terdampak termasuk para pelaku usaha,” jelasnya.
Pihaknya juga terus menjaring aspirasi, melakukan penyampaian informasi dan diskusi sebagau bahan evaluasi
“Kami lakukan secara berkesinambungan terhadap dinamika yang terjadi selama proses pembangunan dan ditutupnya Jalan Otista itu,” tandasnya.
Sebelumya, Adom Alwi, penjual perlengkapan pancing mengaku kehilangan omsetnya hingga 80 persen.
Para pelanggan yang biasanya bisa menjadi harapan penghidupannya, kini tak lagi mampir ke kios kecilnya.
Ia mengaku bingung harus menutup kebutuhan finansial dirinya dan keluarga. Belum lagi ia juga harus tetap membayar sewa kios kepada sang pemilik.
“Biasanya sehari dapat Rp1,5 juta sampai Rp2 juta. Sejak jalan ditutup, sehari paling hanya Rp200 ribu paling besar. Untuk nutup belanja modal saja tidak cukup, apalagi buat biaya sekolah anak,” kata Adom, diamini sang istri kepada bogorexpose.
Ia berharap, Pemerintah Kota Bogor memberikan bantuan permodalan kepada dirinya dan para pelaku usaha lainnya yang terdampak, agar usaha mereka tidak mati suri.
“Tidak bisa pindah begitu saja, pelanggan saya sudah biasa lewat sini mampir beli perlengkapan sebelum mereka mancing. Jalan ditutup yang beli hanya warga sini saja,” tandasnya.
Begitupun dengan Yono, pedagang Mie Ayam di dekat SDN Bangka 3. Ia mengaku harus kehilangan omsetnya hingga 50 persen.
“Rame kalau hari libur saja, sisanya sepi. Mana bahan-bahan mahal,” kata Yono. (be-105)
Discussion about this post