SURABAYA– Dibantu Kedubes Inggris dan dukungan dari Kemenkop & UKM, Pemkot Surabaya menyulap kampung prostitusi Dolly, Kecamatan Putat Jaya, Surabaya, Jawa Timur, menjadi kawasan proyek future cities (kota masa depan).
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki, mengapresiasi bantuan Kedubes Inggris untuk Indonesia dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di kawasan tersebut.
Termasuk kolaborasinya dengan SMESCO dalam proyek future cities (kota masa depan) tersebut.
Menurut menteri, sinergi dan kolaborasi program kota masa depan ini sebagai titik awal untuk mewujudkan pengembangan para pelaku UMKM.
“Program ini sangat ambisius karena mampu mengubah kawasan prostitusi ke industri yang produktif,” kata menteri, dalam kunjungannya bertajuk Mlaku-Mlaku Nang Dolly, Surabaya, kemarin.
Dalam sejarah, kampung Dolly dikenal sebagai pusat prostitusi terbesar di kawasan Asia Tenggara, sebelum akhirnya ditertibkan dan ditutup pada 2014 lalu.
Keputusan pemerintah menutup industri prostitusi di Dolly, terutama pertimbangan realitas praktik perdagangan manusia, eksploitasi perempuan dan anak di bawah umur, serta kompleksitas penyebaran penyakit menular seksual.
Penutupan tersebut juga bertujuan untuk menyelamatkan generasi berikut dengan pencapaian terbaik pendidikan anak-anak setempat.
Di sisi lain, dampak perekonomian lokal sempat terkena imbas dari penutupan tersebut karena banyak penduduk lokal yang bergantung pada industri turunan ini sebagai sumber pendapatan utama mereka.
Banyak penduduk Putat Jaya sempat kehilangan pekerjaan dan 18 persen di antara mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan.
“Sampai saat ini, perubahan itu nyata dirasakan oleh masyarakat Dolly. Dengan cepat mereka beradaptasi menghadirkan produk usaha. Kurang lebih 11 UKM yang telah melahirkan inovasi yang kreatif,” jelas menteri.
Agar proyek pengembangan kawasan prostitusi menjadi pusat ekonomi kreatif ini berlanjut, Teten meminta Pemkot Surabaya terus melakukan pendampingan, serta penyerapan produk hasil kreasi masyarakat Dolly, seperti sektor industri perhotelan dan pariwisata.
Sementara itu, Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengatakan bantuan pengembangan kawasan Dolly menghabiskan biaya 500 ribu poundsterling atau setara Rp9,57 miliar. (be-021)
Discussion about this post