BANDUNG – Badan Geologi Bangun 81 sumur memantau turunnya muka tanah (land subsidence) di sejumlah kota besar.
“Tanpa pengelolaan dan pengawasan yang baik penurunan muka air tanah yang mencapai 1-20 sentimeter per tahun tersebut akan menjadi ancaman di masa mendatang,” kata Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas, Jumat (16/6/2023).
Ia mengungkap pengambilan air tanah tanpa memperhatikan kaidah yang disarankan ini akan menimbulkan perubahan.
Terutama pada cekungan air tanah, sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan seperti amblesan tanah (land subsidence) juga intrusi air laut.
Karenanya, Badan Geologi melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Lingkungan telah mengeluarkan standar penyelenggaraan izin pengusahaan Air Tanah. Manajemen air tanah yang baik meliputi pendayagunaan, konservasi dan pengendalian daya rusak.
“Sampai saat ini Badan Geologi telah melayani lebih dari 3 ribu pengajuan perizinan air tanah,” jelas Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mi real (ESDM), Sugeng Mujiyanto, dalam rapat kerja Badan Geologi.
Selain itu, pihaknya juga melakukan Inovasi klinik air tanah untuk penyampaian alternatif solusi mengenai permasalahan yang dihadapi pemohon dalam proses perizinan air tanah secara online
Eksploitasi Air
Untuk mencegah dampak negatif yang timbul akibat eksploitasi air tanah yang tidak terkendali disarankan pertama, melindungi daerah imbuhan air tanah untuk mencegah terjadinya penurunan pembentukan air tanah.
Kedua, mengendalikan pengambilan air tanah di daerah lepasan (groundwater discharge area) untuk mencegah penurunan ketersediaan air, menggunakan air tanah seefektif dan seefisien mungkin dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
Ketiga, mengelola kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara terpadu.
Badan Geologi telah berkolaborasi untuk mempercepat penyelesaian peta zona konservasi serta pembangunan Jaringan Sumur Pantau. Jumlah sumur pantau terbangun sampai saat ini sudah 81 unit dan direncanakan penambahan pada 2023 ini sebanyak 8 unit dan 12 unit lagi akan dibangun pada tahun 2024 mendatang.
“Pengendalian daya rusak air tanah difokuskan melalui Pemantauan penurunan tanah (Landsubsidence) & Intrusi dengan target lokasi prioritas sepanjang zona pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Industri Pantai Utara Pulau Jawa,” jelas Sugeng. (be-021)
BANDUNG – Badan Geologi Bangun 81 sumur memantau turunnya muka tanah (land subsidence) di sejumlah kota besar.
“Tanpa pengelolaan dan pengawasan yang baik penurunan muka air tanah yang mencapai 1-20 sentimeter per tahun tersebut akan menjadi ancaman di masa mendatang,” kata Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas, Jumat (16/6/2023).
Ia mengungkap pengambilan air tanah tanpa memperhatikan kaidah yang disarankan ini akan menimbulkan perubahan.
Terutama pada cekungan air tanah, sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan seperti amblesan tanah (land subsidence) juga intrusi air laut.
Karenanya, Badan Geologi melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Lingkungan telah mengeluarkan standar penyelenggaraan izin pengusahaan Air Tanah. Manajemen air tanah yang baik meliputi pendayagunaan, konservasi dan pengendalian daya rusak.
“Sampai saat ini Badan Geologi telah melayani lebih dari 3 ribu pengajuan perizinan air tanah,” jelas Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mi real (ESDM), Sugeng Mujiyanto, dalam rapat kerja Badan Geologi.
Selain itu, pihaknya juga melakukan Inovasi klinik air tanah untuk penyampaian alternatif solusi mengenai permasalahan yang dihadapi pemohon dalam proses perizinan air tanah secara online
Eksploitasi Air
Untuk mencegah dampak negatif yang timbul akibat eksploitasi air tanah yang tidak terkendali disarankan pertama, melindungi daerah imbuhan air tanah untuk mencegah terjadinya penurunan pembentukan air tanah.
Kedua, mengendalikan pengambilan air tanah di daerah lepasan (groundwater discharge area) untuk mencegah penurunan ketersediaan air, menggunakan air tanah seefektif dan seefisien mungkin dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
Ketiga, mengelola kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara terpadu.
Badan Geologi telah berkolaborasi untuk mempercepat penyelesaian peta zona konservasi serta pembangunan Jaringan Sumur Pantau. Jumlah sumur pantau terbangun sampai saat ini sudah 81 unit dan direncanakan penambahan pada 2023 ini sebanyak 8 unit dan 12 unit lagi akan dibangun pada tahun 2024 mendatang.
“Pengendalian daya rusak air tanah difokuskan melalui Pemantauan penurunan tanah (Landsubsidence) & Intrusi dengan target lokasi prioritas sepanjang zona pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Industri Pantai Utara Pulau Jawa,” jelas Sugeng. (be-021)
Discussion about this post