JAKARTA – DPR mendesak Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementan menindak tegas oknum pengoplos beras pandan wangi dengan jenis lain yang kualitasnya berbeda.
“Beras oplosan tersebut kemudian dijual dengan label pandan wangi. Ini berdampak terhadap kepercayaan masyarakat,” tegas Wakil Ketua Komisi IV DPR, Dedi Mulyadi, Selasa (18/7/2023) lalu.
Akibatnya, harga beras yang menjadi ikon Cianjur ini terjun bebas hingga minat petani menanam beras pandan wangi turun.
“Kita ini suka ditipu. Mudah banget bikin karung beras dengan tulisan asli Cianjur pandan wangi,” katanya.
Sehari sebelumnya, Dedi memimpin kunker reses Komisi IV DPR RI ke Kampung Budidaya Pandan Wangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Begitu lihat mereknya asli Cianjur, masyarakat langsung beli. Padahal bukan. Karena itu, pihaknya meminta BSIP Kementan harus menindak oknum yang memalsukan barang dagangan yang dikelola para petani tradisional.
Sekali-kali BSIP perlu sidak ke swalayan dan meneliti apa beras Cianjur yang dijual itu asli atau hanya karung berasnya saja.
Sebab masyarakat sering dibohongi, beras oplosan beraroma pandan, tapi pakai pemutih. Ini banyak beredar di pasaran,” katanya.
Ke depan, Dedi meminta istilah varietas padi dikembalikan dengan memakai nama tempat. Seperti Ciliwung, varietas Citarum, varietas Citanduy, dan sebagainya. “Pakai nama lokal agar lebih membumi,” ujarnya.
Guna memastikan penyelamatan varietas pandan wangi, pihaknya berharap Kementan menambah jumlah areal sawah yang ada saat ini.
“Jumlah areal sawahnya harus bertambah, sekarang cuma 150 hektar, minimal ada 1000 hektar. Mudah-mudahan Kementan, Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi bisa bersinergi untuk bersama-sama memperluas areal sawah kedepannya,” kata dia. (be-021)
Discussion about this post